Minggu, 14 Juli 2013

Perkawinan Silang Antara Kebodohan dan Kemalasan

Bismillahirrahmaanirrahiim…

Sudah sekian lama umat Islam jadi kaum yang “hina”, terutama di Indonesia. Eits, jangan marah dulu dibilang hina, coba perhatikan gejala-gejala kehinaan tersebut:

1. Pengangguran paling banyak orang Islam;
2. Orang miskin paling banyak orang Islam;
3. Pencuri paling banyak ngakunya orang Islam;
4. Penghuni penjara paling banyak orang Islam;
5. Orang bodoh paling banyak orang Islam;
6. Orang malas kebanyakan orang Islam;
7. Yang kecurian sendal di rumah ibadahnya sendiri cuma orang Islam;
8. Dan lain-lain, dan sebagainya, dan seterusnya.

Ada yang mau membantah? Tidak ada? Bagus, berarti Anda setuju. Silakan lanjut membaca.
Pokoknya segala jenis penyakit masyarakat didominasi oleh orang Islam. Jadilah umat Islam itu sebagai umat yang “digoblok-goblokin” oleh umat lain. Sudah bukan rahasia lagi, setiap kali umat non-Islam membicarakan mengenai umat Islam, yang ada hanya kehinaan. Gak ada bagus-bagusnya deh.

Apakah kita rela digoblok-goblokin dan dibully kiri-kanan seperti itu? Wuih, kita pasti akan menjawab secepat kilat “TIDAK!”. Tapi tenang dulu, pernahkah kita instrospeksi dan bertanya pada diri sendiri, “Siapa tahu kita memang pantas dihina? Mungkin saja kita memang bodoh?”.

ISLAM itu tidak sama dengan MUSLIM. Ajaran Islam sangat sempurna, agung, megah dan siapapun yang mempelajarinya dengan hati yang ikhlas, pasti akan jatuh cinta dan tergila-gila dengan ajaran Islam. Semakin dalam kita mempelajari Islam, semakin kasmaran kita. Semakin rindu hati kita untuk terus dan terus membaca “surat cinta dari surga” berupa Al-Qur’an yang begitu indah, dari DIA Sang Kekasih Yang Maha Pengasih.

Sayangnya, masih banyak MUSLIM yang tidak ber-ISLAM.

Semakin JAUH kita dari Allah, Rasulullah dan ajaran Islam, maka semakin DEKAT kita dengan kehinaan. Tidak ada di tengah-tengahnya, yang ada hanya hina atau mulia. Tidak ada itu yang namanya “jauh dari Al-Qur’an tapi tidak hina”. Enak aja nawar, hehehe. Intinya, tanda-tanda mendekatnya kita kepada kehinaan adalah ini nih: semakin jauhnya kita dari Al-Qur’an dan semakin malasnya kita mempelajari ajaran Islam.

Jadi maaf saja kalau saya mengatakan, orang yang hina memang pantas dihina. Bukan saya yang menghina loh, saya sih tidak berhak menghina siapa-siapa. Allah sendiri-lah yang akan menghinakannya. Allah sendiri yang akan merendahkan derajat kaum Muslim yang tidak ber-Islam.

Dalam kesempatan ini, saya ingin memberi contoh-contoh nyata betapa kejauhan kita dari Al-Qur’an dan Islam akan mendekatkan kita kepada kebodohan, sekaligus membuat kita pantas terhinakan. Inilah yang banyak dilakukan muslim yang tidak paham terhadap Kitab Suci mereka sendiri:

1. Al-Qur’an sebagai pajangan;
Hampir di setiap rumah orang Islam, pasti ada Al-Qur’an. Sayangnya, Al-Qur’an kebanyakan hanya dijadikan hiasan. Diletakkan dan disusun bersama buku-buku yang lain. Hanya sebagai simbol identitas bahwa “saya orang Islam”, itu tok. Tidak pernah dibuka, apalagi dibaca. Hayo ngaku, termasuk Anda atau bukan?

2. Al-Qur’an sebagai pengusir setan;
Al-Qur’annya sudah bukan di rak lagi, tapi ditaruh di samping bantal. Ndak dibuka sih, cuma ditaruh saja untuk nemenin bobo. Mungkin dia merasa dengan adanya Al-Qur’an di samping bantal, maka setan ndak berani ganggu tidurnya, jadi dia terhindar dari mimpi buruk. Kelakuan ini adalah hasil perkawinan silang antara kebodohan dan kemalasan.

Yang lebih bodoh lagi, kerap kali kita lihat orang tua-orang tua yang punya bayi, meletakkan Al-Qur’an di samping bantal bayinya yang lagi tidur, dengan keyakinan bayi itu akan aman dari gangguan roh jahat kalo ditemani Al-Qur’an. Ampun deh! Ajaran dari mana pula ini???

Sudah tahu anak bayi itu belum bisa membaca, kok dikasih Al-Qur’an? Dan sebagai informasi saja nih ya siapa tahu Anda belum tahu: Al-Qur’an TIDAK BISA membaca dirinya sendiri! Bokap-nyokapnya dong yang harus baca! Inilah kalo bodoh plus malas… *prihatin

3. Al-Qur’an sebagai penolak bala;
Potongan-potongan “tulisan Arab” yang diyakini sebagai potongan ayat-ayat Al-Qur’an digantung di pintu rumah, dengan keyakinan rumah tersebut akan aman dari bencana. Padahal belum tentu dia mengerti tulisan dan artinya. Bego kan?

4. Al-Qur’an sebagai pemancing rezeki;
Mirip-miriplah dengan poin ke-3 di atas. “Tulisan-tulisan huruf Arab” digantung di pintu rumah atau ditanam di halaman rumah, dengan keyakinan penghuni rumahnya akan kelimpahan rezeki. Mungkin dia pikir dengan menanam Al-Qur’an, nanti bisa tumbuh pohon emas. Padahal amalan-amalan pemancing rezeki sudah diajarkan dalam Islam, diantaranya rajin MEMBACA Al-Qur’an, sholat Dhuha, memperbanyak sedekah dan lain-lain. Ingat ya, MEMBACA Al-Qur’an! Bukan MENGGANTUNG Al-Qur’an, apalagi MENANAM. Jangan yang aneh-aneh deh…

5. Al-Qur’an sebagai jimat;
“Tulisan-tulisan huruf Arab” disimpan di dompet atau dikantongin, dengan keyakinan orang yang membawanya akan terhindar dari marabahaya. Yang lebih parah, dia juga yakin bisa kebal senjata. Ini sama bodohnya dengan penyembah berhala zaman jahiliyah. Sudah tahu itu berhala gampang dihancurkan, kok malah disembah-sembah? Nah, sudah tahu itu “jimat” gampang dirobek-robek, kok malah diyakini bisa bikin kebal senjata? Jimatnya saja tidak kebal, bagaimana orangnya mau kebal? Lucu ya? Iya!

Dan masih banyak lagi kelakuan “menyimpang” kaum Muslim terhadap Kitab Suci mereka sendiri.

Dalam Al-Qur’an, Allah jelas-jelas berfirman bahwa semua dosa bisa diampuni jika hamba-Nya bertobat sungguh-sungguh, KECUALI mempersekutukan Allah dengan yang lain. Itu namanya musyrik dan TIDAK ADA pengampunan dari Allah untuk dosa tersebut! Kita bisa bilang bahwa kita tidak mempertuhankan ayat-ayat itu, tapi PERBUATAN kita menyatakan demikian!

“Tapi kan tidak ada salahnya, toh ayat Al-Qur’an kok yang digantung.” | “Siapa bilang tidak ada salahnya? Justru itu salah besar. Itu dosa besar. Itu musyrik. Itu bodoh. Itu malas. Kalau mau terhindar dari gangguan setan, mau memancing rezeki, mau terlepas dari bahaya dll… ya Al-Qur’annya dibaca dong, trus sholat, dzikir, sholawat, sedekah trus meminta dan memohon hanya kepada Allah. Jangan membenarkan perbuatan-perbuatan itu hanya karena kita terlalu MALAS.”

Tidak ada tempat meminta dan memohon perlindungan selain daripada Allah. Dengan hanya mengandalkan ayat-ayat Al-Qur’an yang ditaruh-taruh, digantung-gantung, ditanam-tanam dan tidak pernah dibaca, itu sama saja kita mempertuhankan SEBUAH BUKU YANG BERTULISKAN BAHASA ARAB yang bahkan kita sendiri TIDAK MENGERTI apa arti tulisannya. Punya otak kan? Coba pikir sendiri betapa bodohnya perbuatan-perbuatan itu.

Wassalam,

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar