Bissmillahirahmanirahim
Pertama kali aku ngekos itu tahun 2008 silam. Waktu itu aku masih imut,polos n sangat lugu...aku pergi naik delman istimewa n duduk dimuka. Ternyata pak kusirnya belum lulus ngendarain delman,akhirnya kita jatuh ke samudra pasifik n aku terdampar di kota medan sebagai perantau n pengembara lho....
Saat aku mengembara, akhirnya aku pun menemukan suatu istana yang disebut kamar kost... tapi Sial banget karna aku dapet kos yang kosongan....Ga ada kasur, ga ada meja, ga ada lemari, ga ada PS, ga ada komputer , gk ada kulkas, ga ada satelite juga.Pokoknya kosong n hampa banget lah wkwkwkw miris kan...
Ketika aku sudah menentukan pilihan untuk menjadi anak kost, berarti aku sudah siap untuk hidup mandiri. Kehidupan yang berlanjut, berpisah dari keseharian bersama orang tua dan saudara lainnya, menjadikan aku harus mengubah sifat kita yang manja dan bersiap untuk hidup mandiri. Jalan itu juga yang saya pilih sekarang. Ketika saya lulus SMA tahun 2008 lalu, saya sudah menentukan ingin menjadi perantau untuk melanjutkan studi saya dan saya siap dengan itu.
Kebanyakan kos diberi uang untuk ‘bertahan hidup’ sebulan sekali. Biasanya uang itu dikirim orang tua di awal-awal bulan. Jadi, berbahagialah kita anak kost bila bulan sudah berganti. Karena rejeki dari orang tua masuk ke kantong di awal bulan. Anak kost sering hidup royal di awal bulan walau kadang tidak memikirkan bagaimana kondisinya di akhir bulan.
Di awal bulan bisa saja kita bersenang-senang sambil asiknya menikmati lembaran uang. Tapi bagaimana di akhir bulan?di kamar yang ada kardus2 yang berisikan supermi buat makan sehari hari, bila mie nya habis, kardus ya di jual wkwkwkwkw... saat Uang kiriman bulanan sudah menipis, kantong seakan bolong, penghematan besar-besaran dilakukan, dan receh yang biasanya kita letak sembarangan di kamar kost menjadi penentu nasib sebagai jajan tambahan.
Bertahan hidup dengan receh itu kisah yang menarik. Bila saya mendapat receh dari uang kembalian, biasanya saya letakkan saja sembarangan, seakan tidak peduli dengan benda logam itu kalo saya masih punya lembaran berwarna merah ataupun biru. Tapi bila akhir bulan mengunjungi saya, semua receh itu saya cari lagi, saya kumpulkan,. Saya tobat selalu ‘menelantarkan’ recehan. Dengan pengalaman itu, saat ini juga recehan sudah saya tempatkan di botol plastik tempat saya menyimpannya untuk berjaga-jaga bila ‘derita’ itu datang lagi mengunjungi saya di akhir bulan. Bayangkan kelamnya nasib kita setiap akhir bulan.
Setiap bulan saya selalu ‘hidup mewah’ mendapat kiriman jajan. Lumayan kan kantong segar kembali. Dan ‘hidup mewah’ itu merupakan ‘pelampiasan’ saya atas penderitaan yang saya alami saat akhir bulan mendatangi saya. Saya menjadi gemuk di awal bulan, menjadi kurus di akhir bulan, gemuk lagi, lalu kurus lagi. Lama-lama badan ini jadi ga konsisten -______-”
Akhir bulan merupakan ‘monster’ bagi anak kost yang jajannya dikirim per bulan. Akhir bulan kadang menjadi cerita sedih yang penuh haru, tetapi menjadi latihan dan tantangan bagi kita untuk bisa mengatur keuangan kita sebagai anak kost. Nasib anak kost di akhir bulan memang penuh derita, tapi kadang tidak juga. Kadang akhir bulan tidak masalah jika kita bisa mengatur keuangan kita agar cukup sampai kiriman bulan berikutnya datang. Tapi kalo tidak, siap-siap saja mie instan kembali menjadi teman baik kita di akhir bulan. Akhir bulan seakan menjadi ‘Musim Dingin’ bagi anak kost yang menantikan datangnya ‘Musim Semi’, yaitu datangnya awal bulan yang memperikan “Pertolongan Pertama Bagi Anak Kost” setiap bulannya.
Anak kost memang menjadi langganan si ‘akhir bulan’, seakan nasib tubuh ini ditentukan saat itu. Tetapi ambil pengalaman yang bermakna yang pastinya setiap anak kost pernah merasakannya. Bila tetap dimanjakan oleh orang tua, kapan lagi kita merasakan susahnya mereka mencari uang? Kita juga sesekali perlu merasakan bagaimana susahnya tidak punya uang, dan bagaimana caranya mengatasi keuangan bila kantong sudah kering. Mungkin ‘Akhir Bulan’ versinya ‘Anak Kost’ bisa menjadi pembelajaran.